December 13, 2009

Foto Buku Tahunan

Hari ini kelasku kebagian foto buku tahunan. Tempatnya di Taman Bunga TMII, yang tadinya direncanakan di Harapan Indah. Perjalanan kesana menggunakan 6 mobil, yaitu mobil Mute, Rino, Gibral, Irna, Gusti, dan Dido, untuk mengangkut 40 orang warga IPA 2.

Tema kelasku adalah Summer. Musim panas. Saat awal briefing mengenai model baju apa yang cocok, kurang lebih yang mengandung unsur berwarna-warni ceria khas musim panas atau bunga bunga. Saat itu aku mengurusi teman-temanku, terutama yang berjilbab, agar mereka mudah memilih baju. Padahal aku sendiri pun belum ada kostum. Baru kurang lebih 3 minggu sebelum pemotretan ini, aku dan Lola mencari baju di ITC Kuningan, pulang sekolah.
Setelah mengelilingi lt.1, 2, dan 3 ITC Kuningan selama sekitar 5 jam, akhirnya kami menemukan baju bermotif bunga-bunga sesuai kriteria yang aku mau : berlengan, selutut, dan cocok. Walaupun di ITC Kuningan sedang musim pakaian motif bunga-bunga, tetapi jarang yang memenuhi kriteria wajib itu. Mungkin karena desperate, atau lelah, Lola bilang bahwa baju yang aku pilih itu lucu, dengan detil pita di bagian dada yang rendah. Aku mengiyakan saja karena sudah putus asa.

Hari H nya tiba. Aku memakai baju itu. Saat berkaca, aku melihat bayangan diriku pada kaca pintu masjid sekolah -tempat make up dan segala macam persiapan sebelum pemotretan untuk cewek-, aku tidak percaya diri. Sangat tidak pd. Seperti pelayan, atau noni noni jaman Belanda. Ya, seperti itu. Firasatku tidak enak. Pantas saja tidak ada yang memujiku spontan saat aku bertemu mereka. Kalau ada kan, berarti memang aku catch their attention bcs i'm looking more beautiful, or at least more different. Tidak ada. Kalaupun ada, sepertinya itu sanjungan, bukan pujian. Menyedihkan. Ketidakpedean jelas terpancar, karena aku terus berkaca untuk meyakinkan diriku bahwa aku cantik. Atau berbeda dalam arti positif.

Cantik ? Hm, kurang logis jika kata itu disandingkan denganku. Sama sekali bukan merendah. Tapi memang rendah. Karena kata ini bagian dari nama belakangku, mau tidak mau aku harus menanggung cercaan, makian, cibiran, cemoohan, karena ketidak-logisan kata ini denganku, seumur hidup. Mati pun ditulis di nisan diatas tanah yang menimbunku. Ironis memiliki nama belakang ini, bukan pilihanku tetapi. Kalau mau protes, lakukan sana ke kedua orangtuaku. Cemooh sesukamu. Kamu tidak tahu kan kalau perempuan tidak suka dibilang tidak cantik ? Aku juga. Aku ingin dibilang cantik. Terutama saat hari besarku, seperti foto untuk buku tahunan ini.

Menurutku, buku tahunan adalah buku sakral dimana semua kenangan indah SMA terlukis disitu. Buku tahunan SMA adalah sekali seumur hidup. Akan terkenang selamanya. Masa mau diingat selamanya, tapi foto disitu malah jelek ? Tidak kan. Aku juga. Aku mau tampil semaksimal mungkin untuk bisa menjadi maksimal di buku itu. Tampil cantik, atau minimal jauh lebih baik, (kalau perlu bisa buat orang terkesima) adalah impian semua cewek. Aku juga. Makanya aku berdoa agar buku tahunan ini berjalan lancar seperti yang kuharapkan. Ternyata ada batu kali di depan. Tidak mulus.

Sepanjang hari ini, aku terus meyakinkan diriku bahwa aku cantik, aku lebih baik. Katanya, kalau kita pede dengan apa yang kita pakai, orang akan senang juga melihatnya. Tidak terbukti ah. Aku tetap saja dibilang pelayan. Menusuk, menghujam, benar benar sakit hati. Siapa yang mau dibilang seperti pelayan sebagai bentuk maksimalnya ? TIDAK ADA KAN. Aku terus menerjang kata-kata tidak percaya diri yang diucapkan tiga perempat hatiku, dan mungkin ditambah sedikitnya 39 orang. Aku down. Down to the low. Aku salahkan diriku, aku menangis. Aku salahkan orang lain, apa yang mereka perbuat, ini aku. Seandainya saat fitting baju, ada yang bilang aku seperti pelayan, pasti hari itu juga aku akan ke Plangi dan membeli baju meski mahal. Tapi tidak ada yang bilang. Mereka malah bilang aku cantik, entah maksud sebenarnya apa. Lalu aku salahkan diriku sendiri (lagi). Kenapa 2 kali berturut-turut aku selalu salah memilih ? Sewaktu BT SMP juga kejadiannya persis. Tapi lebih sakit hati. Tapi yang ini juga menyakitkan karena akan terkenang lebih lama dari SMP, dan pasti orang yang aku suka akan melihat lalu menggeleng lalu membalik halaman sambil bersumpah tidak akan mengenalku. ASTAGA.
Disaat temanku bilang, "Pasti mertuaku suka kalau aku cantik begini". Aku tersenyum setuju. Atau "Eh, bagus nggak sih aku pakai baju ini ? Aneh ya ? Aneh ya ?" Aku menggeleng. Gelengan yang juga berarti 'segitu aja masih lo bilang aneh, gimana gue ? buruk rupa ?' Kadang memang orang hanya mengurusi dirinya sendiri padahal sudah perfekto, dibanding mengurusi teman disampingnya yang jauh dari perfekto. Itulah hidup. Itulah kita.

Hanya satu harapanku : fotoku bisa diganti dengan yang lebih baik, aku rela foto lagi beli baju lagi make up lagi

thnks to : lola, bunga, kakaknya babang, babang, cinong, yana, irna, poppy, hana, mute

No comments:

Post a Comment

ANY COMMENT?