December 12, 2010

OPREC RTC UI 2010

Proses rekruitmen diawali dengan penyerahan serentetan tugas. Esoknya setelah pengumpulan terakhir tugas, diadakan tes tertulis dan wawancara di sebuah (semacam) balai di Pusat Kegiatan Mahasiswa. Waktu yang dialokasikan untuk tes tertulis adalah 15 menit dengan 3 lembar rentetan pertanyaan isian. Mungkin maksudnya adalah untuk mengukur apakah calon peserta bisa mengatur strategi agar bisa sebanyak mungkin menyelesaikan soal dalam waktu sesingkat itu. Hal ini berkaitan dengan manajemen waktu.

Lalu dilanjutkan dengan wawancara dengan pihak-pihak yang telah terlebih dahulu bergabung dengan organisasi itu di divisi yang calon anggota tuju. Di sesi wawancara ini, saya diwawancarai oleh empat orang secara eksklusif. Mereka berempat membrondol saya dengan pertanyaan-pertanyaan kompulsif sedikit irasional disertai pernyataan oposisi yang sepertinya subyektif ditambah pandangan sinis, nyeleneh, atau meremehkan. Semua itu sangatlah menguji mental saya sebagai calon anggota yang baru pertama kali merasakan profesionalitasnya sebuah proses rekruitmen. Belum lagi bidang yang saya inginkan ini belum pernah saya lakoni secara profesional juga sebelumnya. Saya baru mendapatkan pengajaran mengenai teorinya dan sedikit pengalaman. Oh ya brondolan itu masih diperparah dengan studi kasus semu. Tujuan dari wawancara ini bisa dipastikan adalah menguji batas rasionalitas, mengkhayalkan masalah, mengarang cerita, merangsang kreativitas,dan tentunya membombardir mental. Tetapi tenang saja, itu semua sangat berguna nantinya untuk berkompetisi di situasi yang sebenarnya.

Setelah wawancara oleh masing-masing divisi, masih harus diwawancarai lagi oleh divisi HRD (Human Resources Development). Di tahap ini pun gue masih terpukau dengan profesionalitas UKM ini. Saya diminta untuk menyebutkan kelemahan dan kelebihan saya dan dia –pewawancara- dengan mudahnya menebak tipe orang seperti apa saya ini. Di sini pula saya merasakan suasana yang lebih cair ketimbang di sesi wawancara sebelumnya. Terlihat bagaimana kualitas orang-orang di UKM ini yang enerjik, asik, apik, menarik, dan lagi-lagi profesional.

Di sesi lain pada level proses selanjutnya, saya langsung dihadapkan pada situasi UKM yang sebenarnya.

Saya tetap diwawancara oleh salah seorang anggota divisi yang saya tuju. Kali ini saya merasa lebih bebas berbicara dibanding wawancara pertama kali tadi. Kami banyak cerita, dia pun banyak sharing mengenai situasi di UKM itu dan contoh kasus yang pernah terjadi. Di sesi ini, saya diwawancarai oleh satu orang bersama satu orang teman baru saya dari Vokasi Broadcasting FISIP angkatan yang sama dengan saya. Saya sangat menyadari bahwa setiap pertanyaan yang dilontarkan pewawancara, jawaban dari saya selalu hampir sama bahkan sama dengan teman baru saya itu. Biarkan saya berkilah, memang itu jawabannya. Namun, ketika saya memiliki pendapat saya sendiri, saya diserang oleh pertanyaan-pertanyaan lain yang memang rasional untuk dijadikan obyek serangan. +1, mengakui kesalahan.
Jikalau memang saya tidak layak untuk masuk dalam keanggotaan, diharapkan saya bisa mendapatkan feedback mengenai apa yang slah, apa yang kurang, dan apa yang perlu saya tingkatkan dari diri saya sehingga saya bisa mendapatkan manfaat dari serangkaian proses ini. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment

ANY COMMENT?