Ketika mimpimu yang begitu indah, tak pernah terwujud. Ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai. Ya sudahlah
Gue punya mimpi. Lo punya mimpi. Kita punya mimpi. Seberapa tinggi mimpi itu nggak gitu penting. Karena yang namanya mimpi, pasti udah lo ukur sebelumnya: apakah lo dapat menjangkaunya atau enggak. Kalo nggak bisa dijangkau, gue bilang namanya ngayal.
Tapi terkadang, gue malah menerjemahkan mimpi gue itu sebagai cerminan diri gue di masa yang akan datang. Ujung-ujungnya, ekspektasi malah jadi kaya fatamorgana. Mengkhayal tengah hari bolong siapa yang nggak suka. Tapi kalau khayalan itu adalah ekspektasi antiklimaks, siapa juga yang bisa lepas. Khayal itu candu. Candu itu mabuk. Gue mabok. Terlalu banyak ekspektasi yang gue taruh untuk diri gue, diri lo, dan kehidupan lo. Saat ekspektasi itu berbeda dengan realita atau malah fakta, gue cuma bisa kecewa. Apalagi jika menyangkut ekspektasi akan kehidupan orang lain yang dikira ideal ternyata abal. Rasanya masih nggak percaya bahwa itu adalah lo yang sebenernya. Ironisnya, gue masih menganggap diri lo sebagai lo dalam ‘permintaan’ gue. Ini gila namanya.
Mimpi itu bunga tidur. Gue tahu itu dari salah satu sinetron tak berakhir (tapi sekarang sudah tamat). Benar. Namanya bunga ya mayoritas indah. Mimpi gue cukup indah untuk menjadi nyata. Tapi nggak semua yang indah NGGAK AKAN menjadi nyata, kan? Mimpi gue realistis kok. Ah, percuma juga gue berargumen pada diri sendiri. Gue punya banyak mimpi. Salah satunya tentang ITB. Mungkin lo tahu sebagian besar ceritanya. Jadi, tak usah lah ya gue kasih tau.
Tapi,
Terima kasih atas segala ekspektasi yang membuat kehidupan lo jadi lebih biasa di mata gue. Jadi bikin gue sadar kalo hidup orang lain itu nggak sesempurna yang gue kira.
Terima kasih atas segala antiklimaks yang tetap berakhir antiklimaks sehingga gue ada kerjaan untuk memikirkan episode selanjutnya: kapan puncaknya? Akankah ada?
Terima kasih karena mimpi gue tidak tercapai karena ternyata kehidupan akademisi-akademisi di ITB jauh lebih berat dari apa yang gue bayangkan.
Terima kasih karena lo bukanlah orang yang seideal dugaan gue. Akhirnya gue terbebas dari obsesi kompulsif mengikuti jejak keidealan lo.
Terima kasih dengan semua kehidupan gue yang naik-turun akibat khayalan-khayalan tak berujung.
Terima kasih dengan kejadian-kejadian beruntun yang diberikan Allah. Karena cuma itulah gue bisa lebih memahami keberadaan gue disini.
Saat kau berharap keramahan cinta tak pernah kau dapat. Ya sudahlah
Semua ini belum berakhir
Sekarang tentang cinta. Mungkin lo akan kaget lihat timeline cinta gue yang kacau dan tak berbobot. Tak apalah, ini hidup gue. Kadang gue iri melihat kehidupan cinta temen-temen gue yang mulus. Merasa disayang dan menyayangi adalah anugerah buat setiap insan. Termasuk gue. Tetapi gue sadar, mereka punya kelebihan-kelebihan yang mampu membuat lawan jenis tertarik. Feromone?? Tanya saja pada mereka yang sudah berpacaran apakah sebelumnya mereka mencium bau badan pasangannya. Hiyek.
Tapi,
Terima kasih atas tidak adanya lawan jenis yang katanya bisa mengatur hidup pasangannya sehingga gue masih bebas sebebas angin muson timur
Terima kasih karena gue sempat merasakan bagaimana disukai seseorang. Bagaimana ia memberikan perhatian. Walau antiklimaks, tapi setidaknya.. terima kasih.
Terima kasih karena sampai sekarang gue belum pernah memiliki siapapun karena ternyata orang seperti gue sangatlah langka
Terima kasih karena gue masih jomblo yang artinya ada satu hal yang pasti bisa mengisi kekosongan otak gue: siapa yang yang gue gebet? Pikiran standar cewek polos-belum berpengalaman-iri melihat pasangan
Terima kasih karena gue masih bisa merasakan gilanya PDKT, sakit hatinya, dan semua hal yang menyenangkan lainnya. Bener-bener menyenangkan, asli, serius!
Terima kasih karena hati gue masih sepenuhnya milik Tuhan gue.
Terima kasih buat semuanya; Allah, Mama, Papa, dek Thea, Hanny, Cinong, Lola, Mila, Azkiya, Kiong, Babang, Satrio, Gusti, Kiky, Chika, Mute, Beti, Dewa, Adi, dan semua Velvet, sebagian FKM UI 2010, serta segelintir orang-orang terbaik di dunia yang lalu-lalang di sekilas waktu gue, atas segala atensi dan bantuannya J
Apapun yang terjadi, ‘ku kan selalu ada untukmu. Janganlah kau bersedih
‘Cause everything’s gonna be okay.
Akhir kata, terima kasih pada Allah atas rentetan kejadian yang terjadi. Mengajari gue segala hal dari yang baik dan buruk sehingga gue menjadi orang yang lebih dewasa dan menghargai hidup. Gue sangat tahu dan pasrah jika ini semua yang terjadi. Karena inilah pintaku di setiap sujud, takbir, buka puasa, dan ketika hujan. Terima kasih ya Allah. Terima kasih banyak. Terima kasih juga karena fisikku dan hidupku. Aku tahu ini semua akan berakhir, mati.
(sedikit lirik dari : Ya Sudahlah – Bondan Prakoso ft. Fade2Black)
No comments:
Post a Comment
ANY COMMENT?