March 08, 2011

Berdiri Lagi

'Lo pernah gagal kan?' Sering. 'Berapa kali?' Berkali-kali. 'Harusnya lo udah kebal.'
Gitu kata temen gue yang saat itu lagi gue curhatin tentang ketidakberanian gue mencoba sesuatu. Kalimatnya yang terakhir itu kerasa menohok banget di gue. Harusnya gue udah kebal. Harusnya, gue udah bisa nerima kalau gue akhirnya gagal. Harusnya, gue udah antisipasi dengan bangun mental sekuat baja dan muka setebel badak buat menghadapi kegagalan selanjutnya. Harusnya lagi, gue punya rencana cadangan jika rencana utama gue gagal. Tapi toh ketika semuanya udah dipersiapkan matang-matang, gue tetep nggak bisa nerima dengan ikhlas yang namanya kegagalan.
Siapa sih yang mau gagal? < Kalimat itu sering jadi senjata gue buat menjatuhkan diri gue sendiri. Men-ja-tuh-kan. Agak bego juga, kalau nggak mau dibilang bener-bener bego, kalo saat lo jatuh lo malah maunya dikasihani dengan menjatuhkan diri lo sendiri. Bukannya gue malah bangun setegar-tegarnya, ngebangun dinding kuat kepercayaan diri gue lagi dan siap menghadapi semuanya. Saat jatuh itu, gue mencoba untuk menyesali semuanya, mengeluarkan semua emosi kegagalannya, lalu bersiap untuk berdiri lagi. Tapi ternyata sangat nggak gampang buat bangun lagi. Yang ada, gue malah tetep jatuh terpuruk, ketakutan akan gagal lagi. Traumatis?

Type rest of the post here
Gue sadar akan kelemahan gue sendiri. Kelemahan, tentang traumatis itu. Ehem, kayanya kalo trauma terlalu berlebihan. Anggap aja ketakutan. Fear, phobos. Pernah gue coba buat mendaftar apa aja yang bikin gue jatuh sejatuh-jatuhnya. Berikut ini adalah hasilnya :
- Ekspektasi berlebihan
- Hanya satu rencana. Jika itu gagal, tujuan juga gagal
- Karena ada kata 'sukses'
- Nggak ikhlas
Yang terakhir itu emang abstrak. Tapi gue ngerasa puas banget abis nulis kalimat itu. Penjelasan yang mungkin rasional adalah gagal terjadi karena adanya sukses. Kalo gue nggak bersiap untuk, gue juga ga akan gagal. Saat gue udah siap untuk sukses, harusnya gue lebih dulu siap sama gagal. Karena gagal itu kan kunci kesuksesan (bacot banget yg bilang gini, klasik tapi iya juga). Nggak ada orang sukses yang nggak gagal dulu. Tinggal gimana nerima kegagalan itu. Ada yang tidur pas lagi nangis-nangis meratapi kegagalan, lalu pas bangunnya pikiran udah cerah berawan. Ada yang mengutuk Tuhan bilang Dia nggak adil, lalu pas shalat nangis-nangis minta maaf sama Tuhan. Ada yang nyantai aja kalau gagal.
Nah, yang santai itulah sebenernya reaksi yang gue pengen saat gue gagal. Dari buku-buku psikologi yang gue baca (asli, gue baca beginian), reaksi santai itu ada kalo lo sugestikan diri lo untuk santai walaupun gagal. Coba deh, gue mikirnya 'Yaudah gagal, udah sering kan. Kemarin-kemarin juga gagal, tapi sekarang gue nggak kenapa-napa.' Ya kan? Beberapa rencana gue yang harusnya bisa berhasil, malah gagal total. Rencana gue saat itu adalah rencana jangka panjang. Kalo gagal, ya tau lah bakal kaya gimana nyeseknya, nyeselnya. Tapi di detik ini, gue mikir lagi. Gue nggak kenapa-napa kok saat ini. Malah gue dapet ini. 'Ini' yang gue maksud anggep aja sesuatu yang walaupun nggak lebih baik, tapi diusahakan untuk dipikir lebih baik. Ini semua tergantung mindset. Stigma dari diri sendiri. Awalnya susah, tapi masa iya lo harus duduk membatu merengek minta rencana lo 100% mulus. Hidup bukan tentang lo men.
Gagal suatu rencana kan nggak berarti mati. Jalan lo kedepannya emang beda dari apa yang lo rencanakan. Tapi apa emang iya, kalo jalannya udah beda terus nggak ada titik temu dengan jalan yang lo rencanakan? Kalo pun emang nggak ada, apa emang iya, jalan yang lo rencanakan itu lebih baik dari jalan yang lo hadapi sekarang? Gimana kalo ternyata di jalan yang lo rencanakan itu, malah lebih banyak hambatan, misalnya hujan batu? Nggak ada yang tahu kan mana jalan yang lebih baik. Jadi, jalani aja lah jalan yang ada sekarang dengan sebaik-baik usaha yang lo bisa. Kalo emang tujuan lo bener, usaha keras lo bisa bikin titik temu dengan jalan yang lo rencanakan tadi. Kelebihan lainnya dari usaha keras lo, lo akan lebih kebal terhadap kegagalan dan lo akan lebih tangguh daripada orang-orang yang lagi jalan di jalan rencananya sendiri tanpa pernah ngalamin hujan batu.
Don't get it? Read twice, think more. If can't, don't worry. I'm trying to stand up from my own failure. :D

No comments:

Post a Comment

ANY COMMENT?