November 06, 2010

Maju Presentasi

Selasa minggu lalu, gue kebagian mempresentasikan hasil home group gue di MPKT.

Home group (HG) adalah kelompok yang dibentuk dari peleburan anggota focus group (FG). Dalam FG, setiap anggota mendiskusikan satu topik dasar yang lalu dilaporkan lewat LTM (Laporan Tugas Mandiri). Kemudian masing-masing anggota FG diacak untuk ditempatkan perwakilannya di HG. Masing-masing anggota HG mempresentasikan hasil diskusi topik dasar mereka dari FGnya untuk dikaitkan dengan topik baru. Topik itu biasanya adalah masalah-masalah umum. Keseluruhan skema FG-HG ini pernah dijelaskan di kelas OBM (Orientasi Belajar Mahasiswa, program wajib UI pra-perkuliahan) dan seringnya dipraktekkan di kelas MPKT.
MPKT adalah mata kuliah wajib dari universitas yang merupakan singkatan dari Matakuliah Pengembangan Karakter Terintegrasi. Makanya, yang dibahas di MPKT adalah hal-hal abstrak yang gue nggak ngerti gimana ngejelasinnya. Diperparah dengan dosen gue yang juga abstrak pemikirannya. Eh.

Maksudnya, gue nggak ngerti arah logikanya dia. Gue pernah ngedebat argumen beliau sekali. Tentang PP Surat Tilang Kendaraan Bermotor. Disitu, beliau mendebat kalau sebagai warga negara kita harus tau semua Peraturan Pemerintah (PP). 'PP kan hak kita' begitu katanya. Tapi, gue berkilah kalau nggak semua peraturan kita bisa tahu. Bagaimana caranya kita sebagai warga negara mencari tahu peraturan yang belum tentu dibuat pemerintah. Faktanya, pemerintah seringkali membuat peraturan bukan untuk menjamin hak-hak kita sebagai WN. Tapi justru peraturan untuk melanggengkan wewenang.

Gue setuju dengan pernyataan beliau kalau maisng-masing WN harus tahu PP agar WN tidak tertipu dan wewenang pemerintah tidak disalahgunakan. Namun WN juga tidak bisa disalahkan. Pemerintahnya sendiri pun seharusnya melakukan publikasi semenjak menjadi wacana dan terutama ketika PP itu disahkan. Dengan begitu, semua WN tahu peraturan. Nggak bisa suudzan juga kalau pemerintah tidak atau hanya melakukan publikasi PP baru secara terbatas agar WN yang kurang concern atau bahkan buta hal-hal seperti ini bisa terjerat hukum lalu melakukan KKN sana-sini.

Diluar masalah itu, dosen gue juga orangnya pelit nilai. Beliau objektif, gue akuin. Tapi beliau juga subjektif kalau ada mahasiswa yang menolak argumennya. Beliau anggap itu nyolot. Ini semua gue tahu dari senior dan beberapa gue 'baca' dari karakterny :3

Lanjut tentang masalah gue presentasi.

Keliatan kan gimana resenya dosen gue akan nilai gue. Ditambah dari guenya sendiri yang gugup, ragu, dan takut sama kemampuan diri gue sendiri. Dari dulu, gue paling takut kalo tampil di depan umum. Ngerasain semua mata tertuju pada lo itu sama sekali nggak enak. Itu bikin gue supertakut. Apalagi, kata orang, gue orangnya ekspresif. Semua emosi akan keliatan di muka gue. Klimaksnya, gue panik. Panik setengah mati. Otak gue mati. Nggak bisa mikir apapun! Temen di belakang gue, Adinata, sibuk menyemangati gue dengan kata-kata 'lo kan maju urutan ke-5, biasanya dosen yang bakal nanya. bukan temen-temen'. Crap. Lemes gue dengernya...
Sebenernya yang gue takutin adalah: 1) Gue maju depan umum + dilihat dosen paling abstrak + dinilai! 2) Kemampuan verbal gue sangatlah buruk 3) Majunya gue ini mewakili HG gue. Kalo nilai gue jelek, satu HG gue pasti jelek juga.
Teroret teroret, majulah gue saat urutan ke-5. Gue gugup, panik, dan gelisah setengah mati. Sumpah. Gue cuma bisa ketawa-ketawa aja pas maju. Semua kertas di tangan, semua hafalan semalem, semua poin-poin di ppt, stuck gue nggak ngerti. Yak. Ancur semua, seperti dugaan gue. Dosen, yang duduk paling depan, nggak jauh dari gue berdiri, ngeliatin gue terus dengan alis naik turun dan bibir menyungging-nyungging ala Miska. Bisa ditebak gue dapet nilai berapa di mata dia.

Gue juga udah bisa nebak berapa nilai yang dikasih temen-temen gue di borang mereka. Borang adalah lembar penilaian orang yang presentasi per HG. Disitu udah dikasih beberapa indikator, dari mulai indikator pengetahuan tentang topik itu sendiri maupun penampilan saat maju. Saat gue selesai maju, bukannya lega, tapi malah tambah panik menyadari borang untuk gue adalah yang terjelek dengan skala 3 kebawah, mungkin. Pas gue tanya ke temen-temen tentang gimana gue maju tadi, jawaban mereka, "Lo keliatan panik banget." atau yang lebih parah, "Gue nggak liat." Ezzzzzzz

Oke, cukup. Gue syok.

2 comments:

  1. Hahaiii... Nisa, ngga parah-parah amat tahu! Ada kok yang lebih parah. Inget pas aku maju, yang cuma ngebacain slide, yang ngga bisa ngejawab pertanyaan satu-satunya? Hehehe *malu-malu macan*

    Satu pertanyaan aku, kenapa kamu selalu memanggil Ardian dengan nama belakangnya? Adinata! Adinata! Wkwkwkwk

    ReplyDelete
  2. itu udah parrrah, Ni. gue nggak bisa deh kalo mesti maju teru gituuu
    kalo kasus lo kan karena emang bahasannya susaaaah wajar aja :)
    hahaha soalnya gue lupa namanya Ardian apa Adrian. Eh keterusan manggil Adinata deh

    ReplyDelete

ANY COMMENT?