January 31, 2012

Bandung

Satu-satunya tempat di mana (hampir) semua ekspektasi muncul, realita terjadi, lalu kecewa. Tapi selalu nagih untuk balik lagi, buat ekspektasi baru, merindukan realita yang lalu, sekalipun jadinya kecewa juga. Begitu terus. Kamu menemukan ketenangan di situ. Riuh rendahnya harmonis, sejalan sama gerak lincahnya kota besar. Metropolitan sih, kata mereka. Nggak kaya Jakarta yang angkuh, bermega-mega. Nggak kaya Depok, asing. Kamu selalu suka berada  di situ. Sekalipun kamu cuma berdiri di tepi jembatan Pasteur saat malam, lihat lampu-lampu kecil-kecil berwarna-warni di cekungan landscape-nya, diam. Atau tengah malam, teronggok duduk di kafe di PVJ, diiringi ribut celotehan barudak-nya, menyesap teh mint yang segar. Atau di Jalan Ganeca 10.
Ganeca 10 ya.
Sampai sekarang pun masih ingin punya masa depan di sana. Karier, nyali, mimpi, life-partner, minat, sahabat. Bagaimana dong, hatinya sudah di sana semua. Ibaratnya, raga ada di (meminjam istilah Hanny) Universitas Makara tapi jiwa di Institut Gajah Ganesha. Intelligence rules! Maafkan jiwa, otak masih belum memenuhi syarat masuk sana. Fate follows. You don't deserve. Sedih juga ya. Hehe.
....Life-partner? Bukan, bukan! Ini sama sekali nggak ada hubungannya sama mimpi yang nggak kesampean lalu berusaha mencari let-me-called-with-LP itu di situ. Tentang kenapa suka yang ada di sana, ya karena memang suka aja. Merasa butuh -sangat butuh, terlanjur nyaman, dan sapiosexual. Apa kabar ya yang di sana?
Karier sih emang dari merangkai cita-cita, mau jadi geologist. Kamu yang perempuan merasa tertantang untuk bisa sama seperti pria. Berusaha menunjukkan indepedensi kamu sebagai perempuan, biar nggak gitu butuh pria. Kamu mencoba untuk membuktikan kalau kamu pun sekuat mereka, jadi jangan sampai kamu dianggap lemah. Padahal nyatanya, ditinggal sedikit saja kamu sudah melankolis, kan? Ya, makanya kamu butuh untuk berada di dunia mereka. Geologis. Biar deh jika ujung-ujungnya menjadi twister-hunter. Asal, FITB. Lalu kamu masuk ke sana.Sedangkan aku masuk FKM, berniat menjadi safety officer. Biar bisa jaga kamu? Kamu perlu aku jaga, nggak? Ah iya, ini kebetulan tanpa arti aja kan? Iya, tanpa arti...
Sahabat. Seluruh teman dekat sedekat-dekatnya ada di sana. Mungkin ini juga penyebab kenapa nyaman berada di sana. Ada perhatian yang tertinggal, penjagaan yang dibutuhkan, aliran cerita-cerita yang nggak mampu diberhentikan. Mereka yang selalu menyiratkan: atur nafas, yuk sini cerita bagaimana hidupmu?

Ah Bandung. Jika dulu nggak ada Bandung Lautan Api, mungkin jadinya akan sama seperti Jakarta yang cuma ada Ancol.

No comments:

Post a Comment

ANY COMMENT?